Gelar Sarasehan HSN, INSIDA Gresik Ingin Mahasiswanya Jadi The Change Maker


Gresik- Institut Agama Islam Darut Taqwa (INSIDA) di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur menggelar sarasehan Hari Santri Nasional (HSN) yang diikuti sebanyak 250 mahasiswa, Selasa (24/10).

Dengan tema ‘prepare your future with islamic sociopreneur’ sarasehan ini menghadirkan tiga narasumber. Di antaranya Ketua TP PKK Kabupaten Gresik, Nurul Haromain, Ketua DPP Perempuan HKTI Jawa Timur, Lia Istifhama, dan Trainer Nasional Erfand Rakhashiwy.

Rektor INSIDA Gresik Syifaul Qulub mengatakan, sarasehan HSN ini diselenggarakan sebagai refleksi para mahasiswa. Sebab, lulusan INSIDA diharapkan bisa menjadi SDM yang kelak memberi manfaat untuk lingkungannya.

“Forum ini sebagai penguatan nalar akademis mahasiswa agar mereka nantinya bisa menjadi lulusan yang punya jiwa enterpreneur kemudian bisa memberi manfaat untuk banyak orang,”kata Syifaul Qulub.

Sebagai kampus berbasis pesantren, pria yang akrab dipanggil Gus Afuk ini menambahkan, bahwa mental mahasiswanya harus disiapkan sejak dini di era disrupsi ini agar mereka nantinya mampu bersaing kompetitif saat memasuki era bonus demografi.

“Karena itu kami ambil tema ‘prepare your future with islamic sociopreneur’ supaya mereka menyiapkan masa depannya. Mengingat saat ini era disrupsi, ada banyak persaingan karena bonus demografi,”jelasnya.

Afuk juga berharap, mahasiswa INSIDA harus mampu melakukan penjiwaan santri. Dengan begitu, mahasiswa bisa mengimplementasikan entrepreneurship yang sesuai dengan syariat islam. Kemudian mengembangkan ruang outcomenya agar jiwa usahanya bisa membentuk sebuah lingkungan yang islami.

“Seperti menjadi pengusaha yang tidak sekedar berorientasi pada profit, melainkan ada outcome yang bermanfaat untuk lingkungannya, itulah the change maker. Maka dengan sendirinya itu sudah bernilai syar’i,”tegasnya.

Sementara salah satu Narsumb, Nurul Haromain yang juga istri Bupati Gresik ini menyemangati peserta bahwa santri tidak boleh hanya bisa mengaji, melainkan santri juga harus bisa mandiri secara ekonomi.

“Dengan bisa mandiri secara ekonomi tentunya bisa membantu lebih banyak orang. Seperti KH. Muzajjad dari Kajen, kabupaten Pati. Beliau menggarap sawah dengan memberdayakan dan memberi keuntungan bagi warga setempat, ini yang disebut islamic sociopreneur,”terang Nurul seusai presentasi.(Angga/Redaksi)

sumber: linkjatim.com